
Sejak Rufio ke Jakarta dan Bali (lupa tahun berapa, mungkin 2009?) gue masih suka ngobrol-ngobrol sama Scott Sellers, gue dan Scott berteman cukup baik dan sering berhubungan via facebook dan whatsapp, tidak hanya urusan band, tapi kadang juga ngomongin hal gak penting, you know just daily what nots. Sampai akhirnya tahun 2014 Scott menawarkan mixing dan mastering di dia kalo mau keluarin album baru.
Scott tinggal di Rancho Cucamonga, California.
Di tahun 2014 juga studionya Aldy, Beatspace, jadi. Kami mulai ngumpulin materi baru dan ngerekam ulang lagu yang mau dirilis di full album. Sambil nyicil, gue kirim beberapa materi ke Scott via Dropbox dan dia utak-utik dan kasih masukan. He liked it. Proses pembuatan album ini tidak seperti biasanya. Biasanya kami jamming di studio bikin lagu, terus lagu itu langsung kami rekam, dan ada deadline, The Sophomore kami selesaikan 3 bulan, dari pembuatan lagu sampai mastering, Ad Astra Per Aspera juga kurang lebih 3 bulan. Di pembuatan album ini, misalnya ada yang punya ide lagu, ngerekam demonya di rumah masing-masing, simpel; pake voicenote di handphone, lalu dibawa ke studio untuk dikasih denger ke Aldy, lalu Aldy langsung bikin aransemen drum dari awal lagu sampai habis, tanpa guide gitar. Jadi dia dengerin voicenotenya, diafalin partnya, dan take drum cuma dengerin metronome. Setelah itu, Ayi take guitar yang udah ada drumnya. Waktu Ayi take juga dia take sendiri, jadi gak ada intervensi dari personil lainnya, pure ide dia, kreatifitas dia, dan ide dia. Setelah Ayi, Sansan take gitar dia dengan proses yang sama, lalu gue take bass. Gue gak tau notasi yang dimainkan Ayi dan Sansan di tiap lagu, jadi setiap mau take gue kulik dulu kuncinya, lalu gue isi semau gue. Setelah gue selesai baru Omo take part dia. Selanjutnya vokal, 1 hari cuma boleh isi 1 lagu, supaya power dan mood terjaga. Saat dimana kami ketemu di studio bareng biasanya pas mau take vokal, Sansan dan Omo biasanya nanya grammar check untuk lagu bahasa Inggris yang mereka tulis, gue tambahin beberapa bait, dan lagu yang belum ada liriknya gue bikin di studio sebelum take, salah satunya Kertas Dan Pena. Proses ini berjalan santai, kami mulai recording 2014 awal dan selesai pertengahan 2015. Kami punya 15 lagu materi album, dan 60% lagu yang sudah kami simpan sebelumnya.
![]() | |
Penting: bikin kartu nama, tukeran kartu nama. |

2013, katanya ada orang Hopeless Records Asia nanya-nanya Pee Wee Gaskins, dan akhirnya gue ketemu orangnya, Sameer Sadhu, dia megang Hopeless Asia (Exclude Jepang) dan base nya di Singapur. We hung out quite a lot and talked about possible projects in the future, salah satunya Pee Wee Gaskins sign sama Hopeless, tapi Hopeless masih fokus untuk rilis band US yang sudah established. Akhirnya kami cuma mewakili scene South East Asia aja. If ever we need help from them, or they need help from us, we got each other's backs. It's still super cool.

![]() |
me, too drunk to remember. |
Sesampainya di Jakarta biasanya gue akan keluarin "koleksi" kartunama dan gue email kalau gue udah balik ke Jakarta. Basa basi sih, like "hey i'm back in Jakarta now, it was nice to meet you, much gratitude" biar nyantol nama gue heheh.
Ok balik lagi, jadi materi A Youth Not Wasted udah kelar, terus dapet email dari Nukui Bogard, dia sempet nonton Pee Wee Gaskins waktu di Jepang, katanya dia suka dan mau bikin artwork, awalnya buat merchandise, tapi mumpung lagi mau keluarin album akhirnya gue tawarin untuk kerjain artwork album, dan dia mau. Gue gak brief banyak, tapi sepertinya dia research sendiri dan kirim beberapa artwork yang langsung kami suka. Sebelumnya dia pernah ngerjain artwork MXPX, NOFX, Lagwagon, Bowling For Soup, UK SUBS, dll. Pretty cool, huh?

Ternyata yang mau ketemu langsung pak Jan Djuhana, A&R Director Universal Music Indonesia. Cool ol' champ. Singkat cerita, Universal tertarik untuk release, dan menyerahkan proses kreatif sepenuhnya ke Pee Wee Gaskins. Management juga tetep Pee Wee Gaskins yang pegang. Pretty good deal, dapet network lebih besar. 15 lagu dipilah jadi 10, supaya isinya fresh dan karakter tiap lagunya kuat. Sisanya ditabung. Black And White, No Strings Attach, You Throw The Party We Get The Girls, dan 2 titel rahasia lainnya masih disimpen. Ini udah akhir tahun 2015, dan kami ngejar rilis di awal tahun 2016, jadi gak ngejar kalau dimixing Scott, dan hasilnya juga kurang maksimal karena dia ngerjainnya di rumah. Sayang banget mesti kehilangan nama Scott untuk di album ini, but we need to decide, and we decided to give the honor to Stephan Santoso.

So yeah, that's my side of the story.
A Youth Not Wasted udah jadi slogan Pee Wee Gaskins, nempel di bass gue, dipilih jadi judul album karena mewakili semua lagu yang ada di dalamnya, tentang masa muda yang tidak disia-siakan.
I hope you enjoy this as much as I do.
Cheers!
x Dochi