Sabtu, 20 Januari 2018

Fluktuasi Glukosa

Waktu pertama kali dapet mandat Fluktuasi Glukosa mau diremake PWG rasanya mixed feelings. Lagu itu ibarat anak, bisa jadi posesif kalau mau di pegang orang lain. Tapi udah lama kebayang aransemen full bandnya, dan yang paling pas ya PWG yang remake. Lagu ini sangat personal buat gue, diambil dari EP Analogi Logika yang kurang lebih bercerita tentang hubungan gue sama seseorang yang ngga perlu dijelaskan siapa. Walaupun sekarang udah ngga ada perasaan apa-apa karena cerita dan kenangannya berakhir di Analogi Logika.


Analogi Logika berisi 5 lagu yang kalau didengar secara repeat siklusnya akan nyambung terus. Fluktuasi Glukosa adalah lagu ke 4, tepat sebelum Yang Terakhir, dan repeat lagi ke lagu pertama Dalam Kelam. Sedih ngga sih?



Di post ini gue akan lebih bercerita tentang Fluktuasi Glukosa, terutama tentang videoklipnya yang baru.

Banyak sekali yang komen kalau lebih suka versi gue yang dibikin di Jepang. Well, kalau lebih suka video itu tetep bisa diliat ulang kok. Tapi lagunya udah di remake jadi bernuansa beda, masa videoklipnya mau disamain ceritanya?



Udah lama banget pengen kolaborasi sama Harris Syn, pertama kali kerja bareng dia adalah bikin lookbook Sunday Sunday Co. Akhirnya kita duduk bareng lagi ngomongin videoklip. Gue suka banget sama presentasinya. Ide cerita, kosep, dll suka banget. Tadinya mau dibikin di Bromo. Tapi karena waktu dan dana akhirnya jadinya di Bandung. Modelnya adalah Agnes (videoklip Berbagi Cerita) dan Martin Praja. Sebenernya banyak scene penting yang ilang karena pas lagi take hujan deras, tapi gue puas sama hasil akhirnya.

Ide awalnya gini: sepasang kekasih berencana mendaki gunung bersama, tapi ternyata cewenya divonis sakit dan lalu meninggal, setelah meninggal cowonya menyelesaikan rencana mereka,  kehadiran cewenya seperti  selalu ada di dekat cowonya, dan diakhir klip si cowo membuang abu cewenya, jadi sebenernya perginya dari awal sendiri.



Beberapa scene hilang malah membebaskan penonton untuk berimajinasi dan menginterpretasikan klip ini menurut kepercayaannya masing-masing. Gue mau kasih liat beberapa poin yang mungkin terlewat oleh pemirsa:

Adegan dibuka dengan si cowo mendaki sendirian, nah dari situ sebenernya udah dibocorin tuh tapi masih belum pada sadar pasti pemirsa.


Di menit 1:04 cewenya ada di sebelahnya, di menit 3:26 cowonya duduk sendiri megang sesuatu. Orang yang dibelakangnya sama, cuma posisinya berubah, ya kan perjalanannya jauh mau ke gunung.

Liat deh orang yang dilingkarin, ya begitu kan kira-kira ekspresi orang yang liat ada orang lari-larian sendiri ketawa-ketawa?

Seperti yang sebelumnya udah diterangkan, perjalanan ini sebenernya cuma si cowo doang, tapi...

Ini saat si cewe ngasih tau kalau ternyata dia mengidap penyakit kronis dan umurnya udah ngga panjang, tapi dia pengen banget naik gunung bareng si cowo, dan di sela kesedihannya dia bilang "kalau aku udah ngga ada pasti kamu sama cewe lain kan bang.."
lalu kata si abang:
"Ya ngga lah sayang jangan ngomong gitu dong aku kan masih ada di sini buat kamu, kita nanti naik gunung bareng ya" walaupun sebenernya si cowo tau kalo ngga bisa tapi dia cuma mau menenangkan si cewe, karena sebenernya..



lalu apa maksud adegan ini?  Di sini ceritanya si cowo udah mulai sadar dan mau move on dari cewenya, tapi hantu si cewe ga terima, jadi ditabrak deh biar dia sadar akan kehadirannya.

bye.


Kudos to Thefreakyteppy.








Selasa, 26 September 2017

Pasca Anila

4 bulan berlalu sejak Nina lahir di dunia, punya anak perempuan udah jadi keinginan gue dari lama, dan dengan jalan hidup yang gue siapkan pula. Maksudnya gimana?

Gini.

Gue lahir di Jogja tapi pindah ke Jakarta dari gue seumur jagung. Lupa tepatnya umur berapa yang pasti dari TK gue udah di Jakarta. Haha. Ayah dan Ibu semangat sekali bekerja, menyiapkan bekal untuk gue kelak. Tentu saja ada yang perlu dibayar; waktu. Gue gak mengeluh sih, tapi ya denger cerita sih dulu sering ngambek juga ditinggal kerja pas lagi kangen-kangennya. Pernah suatu hari gue ngumpetin kunci mobil supaya mereka gak bisa pergi, dan gue pura-pura tidur. Tapi ternyata mereka tetep pergi, karena punya kunci cadangan. Hahah. Cara mereka “membayar” adalah dengan bawa oleh-oleh, sehingga jadi kebiasaan. Setiap mereka pulang gue semangat menyambut sambil nodong oleh-oleh.

Hiburan gue TV, dan video VHS. Di rumah sama pembantu, dan pembantu suka ngunci gue di rumah dan membiarkan gue nonton tv, sementara dia main sama pembantu tetangga. Tapi gue tetep disiapin makanan kok. Rutinitas itu yang membuat gue punya “temen”. Nanny bule yang nemenin gue di rumah sampe gue SD. Namanya Jessica. Dia ngomongnya pake bahasa Inggris. Dia yang bikin gue bisa bahasa Inggris tanpa les, bahkan sebelum gue belajar bahasa Inggris di sekolah, and this is the best part: she ain’t real.

Gedean dikit, gue main sama temen-temen komplek. Gue sama kk gue beda 5 taun, dan gue juga bergaul sama anak seangkatan kk gue di komplek. Tentunya uang jajan mereka pasti lebih banyak dari gue. Waktu itu ada tukang es krim lewat dan gue mau jajan tapi ga punya uang, dan waktu itu ada temennya kk gue lagi main ke rumah, gue tau dia pasti bawa uang jajan karena baru saja pulang sekolah dan masih pake seragam. Ya, dia juga anak yang orang tuanya bekerja jadi anak-anak suka main ke rumah biar pada ngumpul dan ngga kesepian, dan waktu itu Ayah baru beli Sega buat kami, rumah kami jadi basecamp anak-anak komplek. Anyway, yes gue mau es krim tapi ngga punya uang, dan kk gue pelit banget udah pasti gue ga akan dikasih kalau minta. Jadi gue ke halaman belakang dan ambil salah satu batu warna putih yang ada di belakang. Lalu gue mulai pitching ke temen kk gue.

Gue: “Mas, Ayah kemaren dapet oleh-oleh dari temennya, mau lihat ngga?”
Mas Dion: “mana liat dong”
Gue: “tapi ini rahasia, kalau pada tau nanti pada minta”
Mas Dion: “mau dong liat”
Gue: “ini ada batu dari bulan, warnanya putih, mau pegang ngga?”
Mas Dion: “ah masa, mau dooong pegang”
Gue: “boleh tapi beliin es krim ya”

That’s my first business pitch.

Growing up, I never realized what my passion was, one thing I did know was that I always have a heart for music. Everywhere we go we always listen to the music our Dad play on the car audio. He bought me a set of mini drums and that was my first introduction to musical intruments.

Family means everything to me. It shaped me to the person I am now. Tapi gue gak mau lakuin apa yang orang tua gue lakuin, gue harus punya solusi agar waktu gue bisa lebih banyak di rumah tapi tetap bisa kerja. Keputusan gue masuk IPS di SMA yang membuka jalan lagi buat gue: kewirausahaan.

Long story short gue mengorbankan kesempatan bekerja normal dengan gaji konstan dengan segala apa yang gue punya. Yang akhirnya menjadikan gue seorang “musisi pedagang”.

Beruntung sekali saat semua sudah pada jalannya, Anila lahir.

Kalau lo baca di post-post sebelumnya, lo akan baca usaha gue untuk selalu hadir buat Nina. Semoga tidak ada yang terlewat.

Semua belajar.

Ganti popok, mandiin, gendong, gimana kalau dia nangis, kenapa dia nangis, kenapa bangun, kenapa kurang tidur, kenapa nangisnya teriak-teriak, apa itu kolik, gimana kalau susunya Tasya ngga keluar, semua dilewatin dan harus tetep sabar, karena punya anak bayi itu ngga gampang (belum ngerasain punya anak kecil, atau anak gede).

Mungkin akan nulis lebih detail lagi tentang pengalaman sama Nina, di post selanjutnya.

Hanya untuk bahan pikiran kali ini, semua orang tua sayang sama anaknya dengan caranya sendiri, we should love them the same: with all our heart.

Sehat terus ya, Nina.



Minggu, 11 Juni 2017

Looking back: Sebelum Anila (Part 3)

Tasya si penakut yang pemberani.

Thank God awal kehamilan Tasya ngga ngerasain morning sickness bahkan ngga pernah muntah, dan saking takutnya ngga bisa lahir normal atau periniumnya mesti digunting dia rajin sekali jalan pagi dan yoga. Untuk yoga ada beberapa gerakan yang gue mesti bantuin, untuk lebih jelasnya gue rekomen ke Nujuhbulan. 

Gue ngga tau kalo orang lain gimana tapi selama kehamilan, Tasya berubah jadi orang yang amat sangat cemburuan, like parah, I don't know if its hormonal but we fought a lot, dan ya, tried my best not to argue. Contoh beberapa hal yang membuat berantem yang rasanya ampe mau ditalak:

- komen ke instagram cewe cantik walaupun itu temen gue (karena ini kami ngga saling follow di instagram, baru setelah Anila lahiran saling follow lagi)
- bahas masalah yang sudah lama lewat yang melibatkan mantan
- minjemin barang ke mantan yang kebetulan lagi butuh barang tsb

Pernah kami berantem sampe dia berkemas koper dan masukin passport. mo kmana bu? Hihi 

Waduh, rasanya kalo berantem tuh kaya kaki di kepala dan kepala di kaki. Sampe at some point dia gak percayain gue untuk ada di ruangan saat dia menjalani prosesi persalinan. Karena itu, dia minta adanya Doula. Apa itu Doula? Gue juga baru tau, ternyata Doula itu dari bahasa Yunani artinya "hamba wanita," kalau menurut bahasa Inggris:

a woman who is trained to assist another woman during childbirth and who may provide support to the family after the baby is born.

Dan kebetulan Nujuhbulan juga menyediakan fasilitas ini sepaket sama kelas Child Birth Education. Di sini kami kenalan sama Mba Sinta & Mba Imu. Gue ngga terlalu peduliin dia bilang nanti gue ngga boleh ada di samping dia waktu lahiran, yang penting dia tenang dan bisa lewati semua prosesnya. Setiap ada cekcok, ngalah terus pokoknya. Ego gue bener-bener gue bungkus koran dan dilempar keluar jendela mobil di Bantar Gebang. Apa itu pride? Udah di un-install dari system. Yang penting Tasya sehat, mentally and physically.

Doula juga membantu kami bikin birthplan, yang isinya termasuk mau lahiran di mana, dokternya siapa, normal atau cesar, mau menggunakan painkiller apa ngga, nanti di ruang observasi siapa aja yang boleh di dalam, di ruang bersalin siapa aja, request apa saja nanti, siapa yang potong tali pusar, dll. Dan nama gue selalu ada di situ sih hehe. Tentunya bukan sebagai dokter pilihannya.

1 Mei 2017
Di HP gue udah siap aplikasi penghitung jarak kontraksi, dan ketika jaraknya udah per 10 menit dan konstan, akhirnya kami langsung berangkat ke KMC (Kemang Medical Care) bawa koper yang udah disiapin di dalam mobil. Perjalanan dari Bintaro ke Kemang: 1 jam.
Sampe sana jam 10 pagi Tasya cek CTG (rekam jantung) dan ternyata masih kontraksi palsu, belum ada pembukaan. Disuruh balik 3 jam lagi. Karena mager balik lagi ke Bintaro akhirnya kami stay di rumah tante gue di Jl. Cipaku, 15 menit lah dari KMC. Di situ deket banyak tempat makan kesukaan Tasya. Jadi lumayan lah staycation di sana.
Jam 14.00 periksa CTG lagi daaan pembukaan 2! Dikasih pilihan mau stay di RS atau balik, kami pilih balik ke Cipaku. Udah semakin dekat nih dan di pikiran Tasya udah bukan takut lagi tapi pengen cepet-cepet anaknya keluar dan ketemu. Yoga lagi biar lancar. Jam 17.00 balik ke KMC dan naik ke pembukaan 4. Tasya pindah ke ruang observasi dan kami panggil Mba Sinta Doula ke lokasi.
Jam 19.00 kontraksinya udah mulai sakit, Ibunya Tasya dateng nemenin. Gue juga di situ terus. Hari itu gue dan Tasya ngga tidur, ngelewatin bukaan demi bukaan. 

2 Mei 2017
One sleepless night. Tasya sempet tidur ayam sejam dua jam. Gue ngga bisa tidur sama sekali. Hari ini Anila 40 minggu 5 hari di dalam perut. Betah banget dia ya. Dokter memperkirakan jam 4 sore lahir. Tapi jam 4 itu masih bukaan 7.
Di sini Ibunya Tasya kasih semua emotional support yang bisa diberikan, rasanya kaya liat Tasya minta ijin ke Ibunya untuk melahirkan. Minta maaf, minta restu.

 
 

Cri. Bukaan 8 tapi kontraksinya mulai renggang lagi, berkali-kali dia bilang kalau dia udah ngga kuat lagi, antara minta cesar atau ngga kuat mau die.. tapi kita terus semangatin dia, Tasya kuat! Dokter usul untuk pecahin ketuban. Tasya udah ngga nanya sakit apa ngga, akhirnya ketuban dipecahin, ngga lama naik bukaan 9.

 

Jam 18.00 bukaannya ngga nambah, dokter suggest untuk akselerasi, kalau di bukaan awal namanya induksi, and guess what? Diinfus. Tasya si penakut yang takut banget diinfus, yang memilih lahiran normal karena takut diinfus kalau cesar, mengijinkan badannya diinfus demi bayinya.

 

Ini gue kipasin karena setiap kontraksi dia kepanasan. Dan setiap abis kontraksi langsung kedinginan.

 

Waktu kepala Anila mulai keliatan gue pindah posisi, dari samping Tasya jadi pas di depan selangkangannya. Posisi gue digantikan sama Ibunya.

 

18.25 Anila lahir dan langsung gue azanin sambil nangis. Bahagia sekali rasanya lihat dia. 

 

Setelah begadang akhirnya ketemu juga sama Anila. Ibu dan Ayah gue baru aja dateng dari Semarang abis ada kawinan sodara, akhirnya bisa dateng juga di hari H. Gue potong tali pusatnya Anila. 



Beautiful baby. Anila Kamaishtara Décca -- artinya angin sejuk pembawa cinta setinggi bintang. Lahir dengan berat 2,89kg dan panjang 48cm, hari Selasa 2 Mei 2017.

 

Support system. Mba Sinta & Mba Imu (Nujuhbulan), Dr. Achmad Meidiana, Ibu, Ibu, Syifa.




Jadi dia mirip siapa?


Langsung masuk berita 😂

End of part 3 - fin.

Sabtu, 10 Juni 2017

Blab.


Seorang teman baru aja cerita kalau mereka mau cerai, gue ngga tau harus merasa apa.

Kita ngga tau apa yang kita punya sampai itu hilang.. gimana kalau kita tau bahwa apa yang kita punya akan diambil dari kita, dan bagaimana kalau kita tau tepatnya kapan itu akan hilang? apakah itu akan membuat kita merasa... kalau apa yang kita punya sekarang akan hilang? Akankah kita lebih menikmati dan menghargainya di sisa waktu yang kita punya?

You know, we're all happy and free as long as we can f#ck as much as we want. Gue pikir kalau kita bisa terima kenyataan bahwa hidup memang seharusnya sulit, dan itu yang kita harapkan bahwa hidup memang sulit, mungkin kita ngga akan terlalu kesel menyikapinya dan kita akan yaudah seneng aja ketika ada hal menyenangkan terjadi.

Apa yang paling menyebalkan ketika orang mutusin kita adalah waktu lo inget terakhir kali lo mutusin orang lo segitu ngga mikirinnya perasaan orang yang lo putusin, dan sadar orang yang mutusin lo sekarang segitu ngga mikirinnya perasaan lo. Hehe, lo kira kalian sama sakitnya sementara dia cuma "hey, gue seneng lo udah gak ada".

Gue rasa gue bener-bener jatuh cinta kalau gue tau semuanya tentang orang itu - ke bagian mana dia akan membelah rambutnya, tau cerita apa yang akan dia ceritakan dalam situasi tertentu, tau apa baju dan sepatu yang dia akan pakai hari itu, itu saat dimana gue tau kalau gue jatuh cinta. Seperti merasakan dia lagi ngeliatin gue saat gue ngga liat.

Tapi di pernikahan, semuanya lebih rumit. Kadang rasa sayang udah ngga jadi ukuran dan lo hanya menjalani karena tanggung jawab, lo ngga bisa berharap pasangan lo terus merasakan hal yang sama kalau apa yang kalian lakukan itu itu aja. Tapi gpp. Pernikahan butuh kerja keras, tapi sebenernya ngga juga, ngga masuk akal ya? Ya kalau lo selalu mengharapkan cinta itu ngga mesti ngapa-ngapain, mungkin lo salah spesies. Manusia memang diciptakan untuk selalu beradaptasi, selalu belajar. Cinta memang ngga selamanya kerja keras, just make it work. Gue punya beberapa teman yang lebih bahagia di pernikahan yang ke dua, tapi... Untuk berapa lama? Akan selalu ada masalah.

Berhenti berharap orang yang tepat untuk lo, mulai jadi orang yang tepat untuk mereka.

And if you can't be with the one you love, love the one you are with.

Please stay together. I love you guys.

 

Kamis, 08 Juni 2017

Looking back: Sebelum Anila (Interlude - Angin Sejuk)



Sebuah komposisi yang gue bikin dan dinyanyikan oleh kawan gue, Abirama Anggono, karena gue ngga bisa nyanyi bagus, dan piano dimainkan oleh Omo, karena gue gak bisa main piano. Haha. Jadi idenya tersalurkan, thanks to dua kawan gue itu.
Lagu ini tentang menyambut Anila, masih nyambung sama post sebelumnya, "Sebelum Anila". Anila dalam bahasa Sanskirt artinya Angin Sejuk.

Selamat datang, angin sejuk-ku
Tak sabar, ku dengarkan ceritamu
Tentang kelana tualang jiwa
Kumpulkan semua dalam cerita

Walau dunia tak seindah yang kau bayangkan
Kau yang terindah di duniaku

Hembus nafasmu
Angin sejukku
Pergilah kemana hati membawamu

Walau dunia tak seindah yang kau bayangkan
Kau yang terindah di duniaku

Begitu mungil tanganmu
Namun besar makna yang kau bawa
Saat nanti ku hanya bisa terbaring
Bangkitkan ku di dalam hati
Jadikan ku teman sejati


To be continued.. Sebelum Anila part 3

Looking Back: Sebelum Anila (part 2)

Sebelum ada Anila, Oggy hadir di hidup kami dan mengajarkan kami tanggung jawab dan compassion, sebelum akhirnya dikasih anak di tahun ke dua pernikahan kami, terlebih untuk Tasya yang pasca menikah merasa lebih all out, serasa lepas dari semua aturan rumahnya, punya anak rasanya bukan pilihan 😂. Oggy tidak sempurna, walaupun kupingnya besar tapi dia tidak bisa mendengar. Tidak bereaksi sama suara.

 

Kalau ngga ada Oggy, mungkin hubungan kami udah chaos. He is here with us for a reason, a good cause dan kami rawat dia dengan sebaik-baiknya.

Awal kehamilan Tasya mikir kalo dia udah pasti cesar, karena ketakutannya ngga akan bisa melewati proses persalinan. 

"Gimana kalo aku pingsan di tengah jalan? Ada ngga sih orang yang panik waktu bersalin terus ngga kuat?" Pertanyaan-pertanyaan seperti itu ngga jarang keluar dari dia. Untungnya kami ketemu Dokter Achmad yang pro-normal. Tau ngga kalo di luar negeri cesar itu bukan pilihan? Kalau bisa normal, dan tidak ada keadaan darurat, cesar itu tidak boleh. They encourage mothers to do normal labor. Did I tell you about how Tasya is very afraid of needle? Akhirnya bukan "cesar awalnya doang ngga sakit tapi setelahnya sakit" yang membuatnya memutuskan untuk mempersiapkan diri untuk lahiran normal, tapi karena tau kalo cesar dia diinfus. Yes, ada yang buat dia lebih takut dibandingkan disuntik -- diinfus.

Gue menemaninya mencari info sebanyak-banyaknya. Dari ILA, epidural, episiotomi -- yang artinya kalian Google sendiri aja -- sampe child birth education, pengetahuan laktasi, hypnobirth, dan segala ina inu tentang lahiran dan bayi. Walaupun gue tau dia takut, tapi gue tau juga kalau dia mempersiapkan diri, dan itu yang bikin gue selalu ada di belakang dia, untuk mendorong dan jalanin ini bareng.

Sesekali kami liburan supaya Tasya ngga stress, kemana aja Anila waktu di dalam perut?

 

Nonton MMA di JCC Senayan. Tapi ngga sampe abis, baru sampe fight ke 3 Tasya ngga betah dan mau pulang. Ini saat-saat Tasya masih menolak jadi Ibu. It was the worst. But this too shall pass.

 

Main ice skating di Bintaro Xchange. She's pretty good for a newbie sedangkan kaki gue terkilir di sini karena salah jatuh. Haha.


Berenang di Tanjung Bira, Sulawesi Selatan. Setelah Pee Wee Gaskins manggung di Rock In Celebes Makassar, kami naik mobil 4 jam ke Tanjung Bira.



Makan steak di Bandung. Om Dendy megang franchise Holyribs dan kami nyobain ke sana.

 

Nyantai di Jogja. Pee Wee Gaskins main di Jogja dan Tasya ikut. Sekalian extend beberapa hari karena sekalian opening store SSUNDAYY© Jogja di Seturan. Cerita lepas bisa liat di sini https://steller.co/s/6VP7FHpF77r dan https://steller.co/s/6V7RWHAMdye untuk hotelnya.

 

Ngadem di Kyoto. Karena Jakarta panas kami cari tempat terdekat yang ada winter, so we flew to Japan.


Makan Takoyaki di Osaka. The best.



Makan tempura di Tokyo sama Bakky & istri. Pertama ketemu Bakky di Jakarta, waktu itu dia masih kerja di Jakarta dan ternyata temennya anak-anak Totalfat, dan waktu Totalfat main di Jakarta dia ikut, we became friends.



Ketemu Hachiko di Shibuya.

 

Jalan-jalan hamil di Omotesando. Dia seneng banget akhirnya perut keliatan gede di foto. Hari ini usia kehamilan 23 minggu.

 

Ngopi sama Eliott Blessthefall & pacarnya di Dover Street Market. Ini ke dua kalinya ketemu Eliott di Jepang, pertama taun 2013 (atau 2014?) waktu Blessthefall main bareng Coldrain di Tokyo. 

 

Ujan-ujanan di Harajuku.


Ghibli Museum di Mitaka.



Laundry di Minato.

 

Naik sepeda di Sasazuka.

 

Nonton Tycho di Shinagawa.

 

Grocery shopping di Costco.

 

Pergi sama Ibu ke Central Park.

Oh baby, the places you'll go..


End of part 2.


Rabu, 07 Juni 2017

Looking Back: Sebelum Anila (part 1)

Gue menulis ini karena pasti ada diluar sana pasangan yang merasa belum siap punya anak, atau yang pengen punya anak tapi merasa takut menjalani proses menjadi ibu, atau suami yang hanya berperan sebagai suami, bukan jadi Ayah. Ini proses yang gue lewati dan semoga bisa saling belajar.

Pada suatu hari di Linggar Seni, Kemang Timur, Tasya cemas karena belum juga mens padahal sudah waktunya. Sedangkan gue ngga merasa curiga karena biasanya juga ngga kenapa-kenapa walaupun telat sampe seminggu. Tapi untuk mengurangi rasa penasaran akhirnya gue beli test pack dan langsung coba besok paginya.
First pee in the morning result? Two stripes! Dan Tasya waktu itu shock banget, serasa her world felt literally crumbles in front of her. Kami pasangan muda yang masih ingin menikmati perjalanan berdua, pencarian pencapaian dan belajar pembuktian. I was shocked too. Tapi mencoba untuk lebih tenang, because deep inside, i DO want this. Mungkin false reading? So minggu itu kami cek 4x dan semua test pack garisnya 2 

 

Perasaan ngga karuan saat itu karena Tasya merasa belum siap dan bahkan consider untuk -sigh- i can't even write this down.. Rumah sakit pertama yang kami datengin RSIA Asih dan kami bertemu Dr. Amru. Tasya di USG dan ternyata kantong janinnya belum terlihat, karena belum ada 2 minggu. Ya sudah kami pulang dengan perasaan ganjel. Jadi ini hamil apa ngga? Kami disuruh cek lagi minggu depan. 

 

Besoknya, karena gue gak tahan diperjalanan Tasya rungsing pengen tau hamil apa ngga akhirnya gue mampirin Brawijaya Women & Children Hospital. Lalu setelah dicek? Kantung janinnya kelihatan! Jadi setelah 4x test pack dan 2x USG akhirnya dokter ketok palu bahwa Tasya fix hamil. How did I take the news? Kind of a mixed feelings. Overjoyed in desperation, melihat Tasya didn't want to get through all the process of pregnancy and labor. Mau disuntik aja harus nangis dulu, dan merasa mengurus diri sendiri aja belum bisa apalagi harus mengurus anak. Belum lagi gimana kalau nanti ASI tidak keluar? Atau harus cesar? Atau.. atau.. atau... Tapi gue selalu berusaha menenangkan. Tried to be there all the time, sampai akhirnya gue memutuskan 4-5 bulan ngga ikut Pee Wee Gaskins ke luar kota because my wife needs extra emotional support. And I didn't regret that decision. 

 

 

Selanjutnya gue cari lingkungan yang lebih kondusif karena sebelumnya kami kost berdua di daerah Kemang. Akhirnya kita dapet tempat di Bintaro. Kebetulan satu komplek sama kk gue. Kami ngelewatin masa masa hamil dan melahirkan di sini (ngga bisa di rumah mertua karena ada Oggy - the dog) di dekat rumah ada studio yoga pra natal Nujuhbulan, yang kedepannya membantu kami melewati masa-masa sulit. Next, cari dokter! Mengikuti beberapa referensi akhirnya memilih Dr. Achmad Meidiana yang kliniknya deket banget sama Linggar Seni. Dan hari pertama kani ke sana di TV lagi play proses persalinan dan Tasya langsung nangis liat itu 😁. Tapi begitu ketemu Dokter Achmad sepertinya langsung cocok, karena dia bukan tipe yang sugarcoat. Yang bilang ngga sakit kalo emang sakit, gak boong-boong menenangkan, dan kami cocok yang seperti itu. Hasil periksa pertama bagus. Gak ngerti jadinya kalo kami gak ketemu Dokter Achmad.

End of part 1.


Selasa, 06 Desember 2016

Tentang Perubahan.

 Gue ingat betul saat pertama kali gue menunjukkan minat di musik. Gue pukul-pukul meja ngikutin beat drum dari lagu yang gue denger. Lalu bokap belikan gue drumset kecil. Tak terasa, sekarang gue jadi bassist. Sebuah perjalanan panjang yang menyangkut aktualisasi diri dan adaptasi.

Gue ingat betul saat pertama kali gue berbisnis. Waktu itu umur 6. Gue yang masih kecil dan tidak punya uang jajan itu sedang bergaul dengan kawanan kakak gue yang 5 tahun lebih tua, saat itu penjual es krim lewat depan rumah dan gue pengen, tapi sekali lagi, tidak punya uang jajan. Beda dengan kawanan kakak gue yang sudah dikasih uang jajan. Akhirnya gue ambil batu kerikil warna putih di pekarangan rumah dan gue cuci hingga bersih, dan mulai pitching: "kemaren ayahku dapet hadiah dari temennya, ini batu dari bulan, keren ya" lalu gue tawarkan ke kawan kakak gue, gue berhasil tukar batu itu dengan es krim yang gue mau. Tak terasa, sekarang gue bikin brand dengan logo es krim.

Begitu juga dalam band. Gue ingat betul pertama ngajak Sansan take vokal lagu yang sudah gue rekam sebelumnya, judulnya Remember The Titans, dari judul film yang dibintangi Denzel Washington. Tentang tim football yang menang despite racial slurs pada eranya. Melewati masa dimana satu mobil disetir satu orang menuju satu tujuan, sampai akhirnya setiap penumpang belajar menyetir di mobil masing-masing, not sure about the destination, but we just like to drive. Maybe it just didn't matter where we headed, we enjoyed the journey anyway.

Kami adalah regenerasi skena pada masanya. Saat kancah pensi ramai dengan Modern Darling-nya The Upstairs, Goodnight Electric, dan emo revivals, kami membuat lingkaran baru yang terbuka untuk siapa saja. Pee Wee Gaskins, Thirteen, Killing Me Inside, The Old Curse Of Death. Gue merindukan masa dimana setiap weekend kami berkumpul di bilangan Kemang dan saling bertanya, "hari ini siapa yang main, dimana?" Menggerakkan sebuah komunitas dengan basis "Top 8 Myspace" di laman kami masing-masing. Menggunakan social media sebelum "Youtube lebih dari TV", menempelkan poster acara, menyebar flyers, dan sesekali bila beruntung, dapat dukungan dari radio. Tidak pernah terpikir untuk intimidasi, jumawa, dan mencoba merangkul semua yang sejalan. Karena regenerasi bukan berarti mematikan atau mendiskredit generasi sebelum, tapi melestarikan apa yang sudah ada supaya umurnya bisa panjang.

Tentu saja, tidak semua berjalan lancar, tidak semua bisa menerima perubahan.

Gue ingat isu pertama yang mencoba menjegal Pee Wee Gaskins. Saat itu kami mendapat tawaran untuk main di acara komunitas di De Javu, sebuah klub kecil di bilangan Thamrin, walaupun belum di-iya-kan panitia memasukkan Pee Wee Gaskins dalam poster acara. Dan manajer kami waktu itu mendapat tawaran untuk main di pensi besar sebuah sekolah di Jakarta pada tanggal yang sama. Walaupun kami sudah konfirmasi bahwa Pee Wee tidak bisa ikutan gigs De Javu itu, nama kami sampai hari H belum dicabut dari line up. Tentu saja, opini mulai tergiring. "Wah udah lupa sama komunitas, sekarang main di pensi", "wah udah mainstream sekarang, lupa sama gigs" dan lain lain.

Don't be afraid of change, you may lose something good, but you may gain something better.

9 tahun, 3 full album, 4 EP, dan 1 live DVD berlalu.

Sudah saatnya regenerasi.

Scene butuh pergerakan masif supaya umur bisa panjang.


Siap untuk perubahan?

INHERIT POP PUNK!